“Kalian tahu orang kaya? Kalian masih mau tetap dalam posisi dan diperlakukan seperti ini, terus menjilat kaki mereka, terus menghamba dan memohon belas kasih mereka. Sudah saatnya kita berhenti, acuhkan orang-orang kaya itu, biarkan perempuan ini aku bawa. Terserah nanti mau aku tembak dia atau akan aku jual ke rumah bordil” Mahabir menyalak.
“Kau akan mati seperti anjing” sahut seorang penduduk disitu. “Biarlah anjing mati selalu akan seperti anjing, hidupku sudah ditakdirkan sebagai pembunuh dan mau apa mereka? akan membunuhku berulang-ulang?” balas Mahabir.
Pagi belum menjelang Mahabir pergi meninggalkan kampungnya, dengan membawa sebuah mobil bersama beberapa orang temannya. Sedangkan Alia masih terikat dan mulut tersumpal berjalan terpaksa menuju mobil. Selama perjalanan dia berganti mobil truk guna menghilangkan jejak, sehari penuh Mahabir menghabiskan waktunya diperjalanan menuju utara menemui salah satu temannya. Malam menjelang sampailah Mahabir di tempat temannya, namun jawaban dan rasa khawatir dari temannya membatalkan Mahabir untuk singgah lebih lama disitu. “Kau sudah menggemparkan negri ini dengan menculik putri Tripathi, sekarang mungkin belum ada pencarian kawan namun tidaklah bijak apabila kamu tinggal disini. Aku hanya bisa membantumu memberikan solusi agar kamu tidak terlacak, sekarang segera lepas simcard ponsel wanita itu dan bawalah ia ke arah utara, kemudian ambil teleponnya dan suruh bawa teman kita yang satu itu ke arah berlawanan dan bepergian secara acak sambil kontak Tripathi” sahut temannya. Mahabir pun menyetujui sarannya dan tanpa lama berselang Mahabirpun pergi meninggalkan kediaman temannya bersama Alia dan satu orang temannya, sedangkan satu temannya lagi berpisah kearah berlawanan sesuai rencana.
Berjalan kembali sehari semalam, dan petang menjelang Mahabir sampai di suatu bekas tempat pengolahan garam di pinggiran gurun gersang. Mahabir dan kawan-kawannya beristirahat ditempat tersebut sedangkan Alia dilepaskan diruangan kosong dibelakang bangunan yang sepertinya dahulu dipakai sebagai gudang. Tepat tengah malam semua terlelap dalam kelelahan kecuali Alia tetap terjaga dalam takutnya. Dalam ketakutan dia memberanikan mengintip kondisi diluar lewat jendela kecil berjeruji dan nampak kawanan Mahabir tertidur pulas. Memberanikan diri mencari jalan keluar dan ternyata pintu tempat dia disekap ternyata tidak terkunci, seketika itu juga dia berlari menjauh dari tempat itu, berlari dan terus berlari dalam ketakutan dan putus asa. Sekian lama berlari dia tidak menemukan tanda kehidupan dan hanya padang gurun tak berujung dibatasi langit malam gelap menyeramkan yang terus ia temui. Dalam keputus asaan dan isak tangis ketakutan dia kembali berlari menuju tempat semula, ternyata Mahabir dan teman-temannya sudah menunggu dalam kemarahan yang nampaknya sudah memperkirakan perginya Alia. Belum berhenti lari Alia, Mahabir sudah membentaknya. Dalam lelah dan terkejut Alia jatuh tersungkur.
“Cepat pergi, silahkan berlari… tidak akan ada yang melarangmu saat ini” hardik Mahabir
bersambung…